Sebuah studi yang dipublikasikan the journal Diabetes menemukan bahwa suhu kamar yang tetap dingin, dapat menstimulasi tubuh memproduksi lebih banyak lemak baik. Lemak baik lah yang membakar lemak jahat. Di sisi lain, suhu ruangan yang hangat dapat mengurangi lemak baik di dalam tubuh.
Lebih lanjut, para peneliti meminta peserta dengan kondisi sehat untuk mengonsumsi makanan berkalori secara terkontrol. Kemudian, mereka diminta tidur di ruangan dengan iklim yang sudah diatur sedemikian rupa selama empat bulan.
Pada satu bulan pertama, suhu di kamar tidur peserta diatur pada angka 23 derajat Celsius. Angka tersebut dianggap masih dalam keadaan normal kemudian pada bulan kedua, suhu kamar tidur diturunkan menjadi 18 derajat Celsius. (Baca: Waktu Paling Tepat Minum Air Putih)
Sementara, pada bulan ketiga, suhu kamar tidur kembali ke 23 derajat Celsius. Untuk bulan keempat, suhu kamar tidur dinaikkan menjadi 27 derajat Celsius. Pada penelitian ini, setiap akhir bulan jumlah lemak baik di dalam tubuh peserta akan diukur oleh peneliti, seperti dikutip Newsmaxhealth, Jumat (18/7/2014).
Setelah tidur, pada 18 derajat Celsius selama satu bulan, penulis studi, S. Celi, mengatakan bahwa jumlah lemak baik pada laki-laki meningkat dua kali lipat. Karena itu, kalori mereka lebih banyak yang terbakar tapi gula darahnya meningkat. Namun, setelah tidur selama satu bulan pada suhu kamar tidur 27 derajat Celsius, para peserta hanya memiliki lemak baik sangat sedikit.
“Hanya dengan tidur di kamar bersuhu dingin para peserta memperoleh manfaat metabolik. Kelebihannya, mereka bisa menjaga berat badan yang akan mengurangi risiko masalah metabolisme, termasuk diabetes,” tutupnya. (fik)
0 komentar
Posting Komentar